Simon SiraitSetelah kita membahas di sini
mengenai konstruksi dari suatu generator sinkron, maka artikel kali ini
akan membahas mengenai prinsip kerja dari suatu generator sinkron. Yang
akan menjadi kerangka bahasan kali ini adalah pengoperasian generator
sinkron dalam kondisi berbeban, tanpa beban, menentukan reaktansi dan
resistansi dengan melakukan percobaan tanpa beban (beban nol), percobaan
hubung-singkat dan percobaan resistansi jangkar.
Seperti telah
dijelaskan pada artikel-artikel sebelumnya, bahwa kecepatan rotor dan
frekuensi dari tegangan yang dibangkitkan oleh suatu generator sinkron
berbanding lurus. Gambar 1 akan memperlihatkan prinsip kerja dari sebuah
generator AC dengan dua kutub, dan dimisalkan hanya memiliki satu
lilitan yang terbuat dari dua penghantar secara seri, yaitu penghantar a
dan a’.
Untuk dapat lebih mudah memahami, silahkan lihat animasi prinsip kerja generator, di sini.
Gambar 1. Diagram Generator AC Satu Phasa Dua Kutub.
Lilitan
seperti disebutkan diatas disebut “Lilitan terpusat”, dalam generator
sebenarnya terdiri dari banyak lilitan dalam masing-masing fasa yang
terdistribusi pada masing-masing alur stator dan disebut “Lilitan
terdistribusi”. Diasumsikan rotor berputar searah jarum jam, maka fluks
medan rotor bergerak sesuai lilitan jangkar. Satu putaran rotor dalam
satu detik menghasilkan satu siklus per detik atau 1 Hertz (Hz).
Bila
kecepatannya 60 Revolution per menit (Rpm), frekuensi 1 Hz. Maka untuk
frekuensi f = 60 Hz, rotor harus berputar 3600 Rpm. Untuk kecepatan
rotor n rpm, rotor harus berputar pada kecepatan n/60 revolution per
detik (rps). Bila rotor mempunyai lebih dari 1 pasang kutub, misalnya P
kutub maka masing-masing revolution dari rotor menginduksikan P/2 siklus
tegangan dalam lilitan stator. Frekuensi dari tegangan induksi sebagai
sebuah fungsi dari kecepatan rotor, dan diformulasikan dengan:
Untuk
generator sinkron tiga fasa, harus ada tiga belitan yang masing-masing
terpisah sebesar 120 derajat listrik dalam ruang sekitar keliling celah
udara seperti diperlihatkan pada kumparan a – a’, b – b’ dan c – c’ pada
gambar 2. Masing-masing lilitan akan menghasilkan gelombang Fluksi
sinus satu dengan lainnya berbeda 120 derajat listrik. Dalam keadaan
seimbang besarnya fluksi sesaat :
ΦA = Φm. Sin ωt
ΦB = Φm. Sin ( ωt – 120° )
ΦC = Φm. Sin ( ωt – 240° )
Gambar 2. Diagram Generator AC Tiga Fasa Dua Kutub
Besarnya fluks resultan adalah jumlah vektor ketiga fluks tersebut adalah:
ΦT = ΦA +ΦB + ΦC, yang merupakan fungsi tempat (Φ) dan waktu (t), maka besar- besarnya fluks total adalah:
ΦT = Φm.Sin ωt + Φm.Sin(ωt – 120°) + Φm. Sin(ωt– 240°). Cos (φ – 240°)
Dengan memakai transformasi trigonometri dari :
Sin α . Cos β = ½.Sin (α + β) + ½ Sin (α + β ),
maka dari persamaan diatas diperoleh :
ΦT = ½.Φm. Sin (ωt +φ )+ ½.Φm. Sin (ωt – φ) + ½.Φm. Sin ( ωt + φ – 240° )+ ½.Φm. Sin (ωt – φ) +½.Φm. Sin (ωt + φ – 480°)
Dari persamaan diatas, bila diuraikan maka suku kesatu, ketiga, dan kelima
akan silang menghilangkan. Dengan demikian dari persamaan akan didapat
fluksi total sebesar, ΦT = ¾ Φm. Sin ( ωt - Φ ) Weber .
Jadi medan resultan merupakan medan putar dengan modulus 3/2 Φ dengan
sudut putar sebesar ω. Maka besarnya tegangan masing-masing fasa adalah :
E maks = Bm. ℓ. ω r Volt
dimana :
Bm = Kerapatan Fluks maksimum kumparan medan rotor (Tesla)
ℓ = Panjang masing-masing lilitan dalam medan magnetik (Weber)
ω = Kecepatan sudut dari rotor (rad/s)
r = Radius dari jangkar (meter)
anda dapat juga membaca artikel yang terkait dengan bahasan kali ini, di:
- elektromekanis dalam sistem tenaga-1, di sini.
- elektromekanis dalam sistem tenaga-2, di sini.
Generator Tanpa Beban
Apabila
sebuah mesin sinkron difungsikan sebagai generator dengan diputar pada
kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (If), maka pada kumparan
jangkar stator akan diinduksikan tegangan tanpa beban (Eo), yaitu
sebesar:
Eo = 4,44 .Kd. Kp. f. φm. T Volt
Dalam keadaan
tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, sehingga tidak
terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan
(If). Bila besarnya arus medan dinaikkan, maka tegangan keluaran juga
akan naik sampai titik saturasi (jenuh), seperti diperlihatkan pada
gambar 3. Kondisi generator tanpa beban bisa digambarkan rangkaian
ekuivalennya seperti diperlihatkan pada gambar 3b.
Gambar 3a dan 3b. Kurva dan Rangkaian Ekuivalen Generator Tanpa Beban
Generator Berbeban
Bila
generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan
terminal V akan berubah-ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian
tegangan pada:
• Resistansi jangkar Ra
• Reaktansi bocor jangkar Xl
• Reaksi Jangkar Xa
a. Resistansi Jangkar
Resistansi
jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya kerugian tegang/fasa (tegangan
jatuh/fasa) dan I.Ra yang sefasa dengan arus jangkar.
b. Reaktansi Bocor Jangkar
Saat
arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang terjadi
tidak mengimbas pada jalur yang telah ditentukan, hal seperti ini
disebut Fluks Bocor.
c. Reaksi Jangkar
Adanya
arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator dibebani akan
menimbulkan fluksi jangkar (ΦA ) yang berintegrasi dengan fluksi yang
dihasilkan pada kumparan medan rotor(ΦF), sehingga akan dihasilkan suatu
fluksi resultan sebesar :
Interaksi
antara kedua fluksi ini disebut sebagai reaksi jangkar, seperti
diperlihatkan pada Gambar 4. yang mengilustrasikan kondisi reaksi
jangkar untuk jenis beban yang berbeda-beda.
Gambar 4a, 4b, 4c dan 4d. Kondisi Reaksi Jangkar.
Gambar
4a , memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat generator dibebani
tahanan (resistif) sehingga arus jangkar Ia sefasa dengan GGL Eb dan ΦA
akan tegak lurus terhadap ΦF.
Gambar 4b, memperlihatkan kondisi
reaksi jangkar saat generator dibebani kapasitif , sehingga arus jangkar
Ia mendahului ggl Eb sebesar θ dan ΦA terbelakang terhadap ΦF dengan
sudut (90 -θ).
Gambar 4c, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar
saat dibebani kapasitif murni yang mengakibatkan arus jangkar Ia
mendahului GGL Eb sebesar 90° dan ΦA akan memperkuat ΦF yang berpengaruh
terhadap pemagnetan.
Gambar 4d, memperlihatkan kondisi reaksi
jangkar saat arus diberi beban induktif murni sehingga mengakibatkan
arus jangkar Ia terbelakang dari GGL Eb sebesar 90° dan ΦA akan
memperlemah ΦF yang berpengaruh terhadap pemagnetan.
Jumlah dari reaktansi bocor XL dan reaktansi jangkar Xa biasa disebut reaktansi Sinkron Xs.
Vektor diagram untuk beban yang bersifat Induktif, resistif murni, dan kapasitif diperlihatkan pada Gambar 5a, 5b dan 5c.
Gambar 5a, 5b dan 5c. Vektor Diagram dari Beban Generator
Berdasarkan gambar diatas, maka bisa ditentukan besarnya tegangan jatuh yang terjadi, yaitu :
Total Tegangan Jatuh pada Beban:
= I.Ra + j (I.Xa + I.XL)
= I {Ra + j (Xs + XL)}
= I {Ra + j (Xs)}
= I.Zs
Menentukan Resistansi dan Reaktansi
Untuk
bisa menentukan nilai reaktansi dan impedansi dari sebuah generator,
harus dilakukan percobaan (test). Ada tiga jenis test yang biasa
dilakukan, yaitu:
• Test Tanpa beban ( Beban Nol )
• Test Hubung Singkat.
• Test Resistansi Jangkar.
Test Tanpa Beban
Test
Tanpa Beban dilakukan pada kecepatan Sinkron dengan rangkaian jangkar
terbuka (tanpa beban) seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Percobaan
dilakukan dengan cara mengatur arus medan (If) dari nol sampai rating
tegangan output terminal tercapai.
Gambar 6. Rangkaian Test Generator Tanpa Beban.
Test Hubung Singkat
Untuk
melakukan test ini terminal generator dihubung singkat, dan dengan
Ampermeter diletakkan diantara dua penghantar yang dihubung singkat
tersebut (Gambar 7). Arus medan dinaikkan secara bertahap sampai
diperoleh arus jangkar maksimum. Selama proses test arus If dan arus
hubung singkat Ihs dicatat.
Gambar 7. Rangkaian Test Generator di Hubung Singkat.
Dari hasil kedua test diatas, maka dapat digambar dalam bentuk kurva karakteristik seperti diperlihatkan pada gambar 8.
Gambar 8. Kurva Karakteristik Tanpa Beban dan Hubung Singkat sebuah Generator.
Impedansi Sinkron dicari berdasarkan hasil test, adalah:
, If = konstatn
Test Resistansi Jangkar
Dengan
rangkaian medan terbuka, resistansi DC diukur antara dua terminal
output sehingga dua fasa terhubung secara seri, Gambar 9. Resistansi per
fasa adalah setengahnya dari yang diukur.
Gambar 9. Pengukuran Resistansi DC.
Dalam
kenyataannya nilai resistansi dikalikan dengan suatu faktor untuk
menentukan nilai resistansi AC efektif , eff R . Faktor ini tergantung
pada bentuk dan ukuran alur, ukuran penghantar jangkar, dan konstruksi
kumparan. Nilainya berkisar antara 1,2 s/d 1,6 .
Bila nilai Ra telah diketahui, nilai Xs bisa ditentukan berdasarkan persamaan:
Semoga bermanfaat,
Jumat, 19 Oktober 2012
TENAGA LISTRIK: PLN optimistis PLTP Muara Laboh beroperasi 2016
simonsirait
JAKARTA—PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) optimistis PLTP Muara Laboh berkapasitas 220 MW di Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat bisa beroperasi pada 2016.
PLTP Muara Laboh dikerjakan oleh PT Supreme Energy Muara Laboh dengan skema Independent Power Producer (IPP) dan listriknya nanti akan disalurkan ke PLN berdasarkan kontrak jual beli listrik selama 30 tahun. Supreme menginvestasikan dana hingga Rp7 triliun dalam proyek tersebut.
Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan pembangkit itu akan memasok kepada sistem interkoneksi Sumatra. Nur optimistis Supreme bisa mengerjakan proyek tersebut tepat waktu.
“Saya optimistis Supreme akan on time,” ujarnya kepada Bisnis, hari ini, Minggu (23/9).
Nur mengatakan kehadiran PLTP tersebut bisa memenuhi tingginya pertumbuhan permintaan listrik di Sumatra, baik dari pelanggan industri mau pun rumah tangga.
“Sumatra tumbuh pesat, pada 2016 beban puncak Sumatra mencapai 7.000 MW,” ujar Nur.
Pada Jumat lalu (21/9), Nur ikut menghadiri acara Supreme yang melakukan penajakan atau pengeboran perdana sumur eksplorasi panas bumi ML-A1 di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Liki Pinangawan Muara Laboh di Nagari Alam Pauh Duo, Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat.
Acara tersebut dipimpin langsung oleh Presdir & CEO Supreme Energy Supramu Santosa dan dihadiri juga oleh Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Tisnaldi. Pengeboran sumur eksplorasi ini adalah pengeboran sumur eksplorasi panas bumi pertama di Indonesia pasca terbitnya UU No.27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.
Pengeboran sumur ML-A1 merupakan rangkaian dari total pengeboran 4—6 sumur eksplorasi untuk membuktikan adanya sumber panas bumi yang cukup untuk membangun PLTP sebesar 220 MW. Kegiatan eksplorasi diperkirakan memakan waktu antara 6—9 bulan. Pembangunannya diperkirakan dimulai pada awal 2014 dan diselesaikan pada 2016.
Leila Rima, Communication & Relation Officer PT Supreme Energy Muara Laboh mengatakan sebelum kegiatan pengeboran eksplorasi dilakukan, Supreme sudah melakukan survei pendahuluan dan studi yang sangat komprehensif, disusul dengan pembangunan infrastruktur jalan dan pembangunan lokasi sumur yang diperlukan.
Menurut Leila, jika pengeboran eksplorasi ini sukses seperti yang diharapkan, maka selanjutnya akan dikuti dengan studi kelayakan, rekayasa, desain, dan tender untuk pembangunan fasilitas produksi dan pembangkit listrik. Selain itu, selanjutnya juga akan dilakukan pengeboran sumur-sumur produksi.
Proyek PLTP Muara Laboh masuk dalam program 10.000 MW tahap kedua berdasarkan Peraturan Presiden No.4 Tahun 2010 jo Perpres No.48 Tahun 2011.
Sebelumnya pada 2 Maret 2012, PLN telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan konsorsium PT Supreme Energy, International Power GDF Suez, dan Sumitomo Corporation, untuk proyek PLTP Muara Laboh sekaligus PLTP Rajabasa. Ada pun harga listrik untuk Muara Laboh sebesar US$9,4 sen per kWh dan Rajabasa sebesar US$9,5 sen per kWh.,
JAKARTA—PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) optimistis PLTP Muara Laboh berkapasitas 220 MW di Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat bisa beroperasi pada 2016.
PLTP Muara Laboh dikerjakan oleh PT Supreme Energy Muara Laboh dengan skema Independent Power Producer (IPP) dan listriknya nanti akan disalurkan ke PLN berdasarkan kontrak jual beli listrik selama 30 tahun. Supreme menginvestasikan dana hingga Rp7 triliun dalam proyek tersebut.
Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan pembangkit itu akan memasok kepada sistem interkoneksi Sumatra. Nur optimistis Supreme bisa mengerjakan proyek tersebut tepat waktu.
“Saya optimistis Supreme akan on time,” ujarnya kepada Bisnis, hari ini, Minggu (23/9).
Nur mengatakan kehadiran PLTP tersebut bisa memenuhi tingginya pertumbuhan permintaan listrik di Sumatra, baik dari pelanggan industri mau pun rumah tangga.
“Sumatra tumbuh pesat, pada 2016 beban puncak Sumatra mencapai 7.000 MW,” ujar Nur.
Pada Jumat lalu (21/9), Nur ikut menghadiri acara Supreme yang melakukan penajakan atau pengeboran perdana sumur eksplorasi panas bumi ML-A1 di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Liki Pinangawan Muara Laboh di Nagari Alam Pauh Duo, Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat.
Acara tersebut dipimpin langsung oleh Presdir & CEO Supreme Energy Supramu Santosa dan dihadiri juga oleh Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Tisnaldi. Pengeboran sumur eksplorasi ini adalah pengeboran sumur eksplorasi panas bumi pertama di Indonesia pasca terbitnya UU No.27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.
Pengeboran sumur ML-A1 merupakan rangkaian dari total pengeboran 4—6 sumur eksplorasi untuk membuktikan adanya sumber panas bumi yang cukup untuk membangun PLTP sebesar 220 MW. Kegiatan eksplorasi diperkirakan memakan waktu antara 6—9 bulan. Pembangunannya diperkirakan dimulai pada awal 2014 dan diselesaikan pada 2016.
Leila Rima, Communication & Relation Officer PT Supreme Energy Muara Laboh mengatakan sebelum kegiatan pengeboran eksplorasi dilakukan, Supreme sudah melakukan survei pendahuluan dan studi yang sangat komprehensif, disusul dengan pembangunan infrastruktur jalan dan pembangunan lokasi sumur yang diperlukan.
Menurut Leila, jika pengeboran eksplorasi ini sukses seperti yang diharapkan, maka selanjutnya akan dikuti dengan studi kelayakan, rekayasa, desain, dan tender untuk pembangunan fasilitas produksi dan pembangkit listrik. Selain itu, selanjutnya juga akan dilakukan pengeboran sumur-sumur produksi.
Proyek PLTP Muara Laboh masuk dalam program 10.000 MW tahap kedua berdasarkan Peraturan Presiden No.4 Tahun 2010 jo Perpres No.48 Tahun 2011.
Sebelumnya pada 2 Maret 2012, PLN telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan konsorsium PT Supreme Energy, International Power GDF Suez, dan Sumitomo Corporation, untuk proyek PLTP Muara Laboh sekaligus PLTP Rajabasa. Ada pun harga listrik untuk Muara Laboh sebesar US$9,4 sen per kWh dan Rajabasa sebesar US$9,5 sen per kWh.,
Langganan:
Postingan (Atom)